Selamat Datang

Selamat datang para bloggers...
Silahkan menikmati artikel yang saya sajikan di blog ini

Rabu, 09 Desember 2015

Persepsi


Sebuah perenungan yang pantas dibagikan:

Dalam suatu kereta ekonomi non-AC yang lumayan panas, seorang eksekutif muda, dengan jas elegan berdiri di sana. Berdesak-desakan dengan penumpang lainnya.

Sesaat kemudian, dia membuka tablet Android-nya. Tentu lebih besar dibanding smartphone umumnya.

Dia memang sedang ada chat penting dengan para donatur. Chat tentang dana untuk membantu para korban bencana alam.

Semua penumpang menoleh padanya, dan ada yang sengaja meliriknya. Apa kata batin mereka?

Seorang nenek-nenek membatin, ‘Orang muda sekarang, kaya sedikit langsung pamer. Naik Ekonomi, pamer-pameran.’

Seorang emak-emak membatin, ‘Mudah-mudahan suamiku ga senorak dia. Norak di kelas Ekonomi bukan hal terpuji.’

Seorang gadis ABG membatin, ‘Keren sih keren, tapi ga banget deh sama gayanya. Kenapa ga naik AC kalau mau pamer begituan?’

Seorang pengusaha membatin, ‘Sepertinya dia baru kenal ‘kaya’. Atau dapat warisan. Andai dia merasakan jerih pahit kehidupan; barang tentu tidak akan pamer barang itu di kelas Ekonomi. Kenapa ga naik AC sih?’

Seorang pemuka agama melirik, ‘Andai dia belajar ilmu agama, tentu tidak sesombong itu, pamer!’

Seorang pelajar SMA membantin, ‘Gue tau lo kaya. Tapi plis deh, lo ga perlu pamer gitu kalle’ ke gua. Gua tuh ga butuh style elo. Kalo lo emang pengen diakuin, lo bisa out dari sini, terus naik kereta AC.. ill fell gue.’

Seorang tunawisma membatin, ‘Orang ini terlalu sombong, ingin pamer di depan rakyat kecil.’

Si eksekutif menyimpan kembali tabletnya di tas. Ia membatin, Puji Tuhan, akhirnya para donatur bersedia membantu. Puji Tuhan, ini kabar baik sekali. Lalu, ia sempatkan melihat kantong bajunya. Ada secarik tiket kereta ekonomi.

Dia membatin, ‘Tadi sempat tukar karcis dengan seorang nenek tua yang mau naik kereta sesak ini. Tidak tega rasanya. Biarlah beliau yang naik kereta AC itu. Mudah-mudahan bermanfaat.’

Sahabat …
Begitu berbahayanya penghakiman. Sebuah kebaikan, tindakan kasih, bisa berubah total menjadi kejahatan hanya karna persepsi kita.

Jaga persepsi kita, semua tak perlu kita nilai seperti penampakannya.



Rewritten by
Bonar Gema Siagian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar